A.Pengantar
Pertambahan penduduk dunia meningkatan kebutuhan akan sumber protein makanan daging dan ikan. Penangkapan ikan yang hampir tidak terkendali dan dampak pencemaran laut oleh limbah rumah tangga, industri atau tumpahan minyak yang semakin meluas, mengurangi dan memutus siklus kehidupan ikan diperairan diseluruh dunia sehingga menjadikan perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan semakin besar dan tajam.
Pada sisi lain manfaat ikan semakin disadari sebagai pemacu pertumbuhan tubuh manusia, peningkatan kemampuan otak manusia, mencegah penyakit kolestrol / penyakit jantung, serta manfaat lain bagi kesehatan manusia, sehingga kebutuhan ikan semakin bertambah tambah. Salah satu jenis ikan yang dianggap sangat bermanfaat bagi manusia (Jepang dan Korea) adalah ikan belut atau sidat atau eel (anguilla bicolor) karena dengan mengkonsumsi ikan secara teratur bangsa Jepang dan Korea disamping memacu pertumbuhan tinggi badan juga menstimulasi intelektual bangsa dan menjadi mereka sebagai negara industri dan modern. Jepang mengimport ikan sidat dari China dan Vietnam hampir 500.000 ton pertahun dan permintaan tetap bertambah, namun sukar dipenuhi karena pencemaran lingkungan di kedua negara ini pun telah semakin parah akibat pertumbuhan industri. Negara negara Eropa juga merupakan pasaraan yang berpotensi tinggi karena mereka juga banyak mengkonsumsi ikan.
Makan ikan sidat atau dikenal dengan Unagi, bukanlah makanan biasa, tetapi termasuk termahal di resetoran Jepang sehingga bila kita dijamu dengan hidangan makanan tersebut, menunjukkan kita sebagai tamu terhormat. Unagi merupakan suguhan makanan bagi pertemuan pembisnis besar dan terkenal atau tokoh tokoh penting. Karenanya yang terlibat dalam bisnis sidat disana adalah perusahaan besar multi nasional seperti Mitsui, Marubeni, Sasakawa dan lainnya dan perusahaan ini baru mau bekerjasama bila kita mampu memasok kontrak diatas 5.000 ton pertahun.
Indonesia hingga saat ini belum mampu berbuat, walau ada 3 wilayah khusus di perairan kita sebagai tempat pengembangan telur ikan sidat yaitu Teluk Toli Toli, Sorong Barat dan Pelabuhan Ratu. Ciri khas ikan sidat adalah bertelur di laut dalam, menetas di muara muara sungai dan membesar di air tawar. Penangkapan yang ada saat ini sangat terbatas dalam jumlah kecil, sehingga harus dikembangkan melalui pengembangan budi daya bilamana hendak dijadikan komoditi ekspor yang potensil.
Karena tingginya permintaan ekspor ikan sidat serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan, khususnya ikan sidat, kami mengundang para pensiunan maupun yang di pensiun dini atau yang di PHK, para artis serta investor lainnya ikut dalam program kami“. Membudidayakan ikan ditengah perkotaan/ pemukiman guna memenuhi kebutuhan komoditi ekspor serta mencerdaskan bangsa dengan keuntungan pasti”.
B. Methode Pengembangan.
Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu: Benih ikan, Air serta Pakan atau Makanan ikan.
1. Benih ikan sidat ukuran 8-15 cm (fingerling) akan dipasok oleh perusahaan pembibitan / hatchery (lokasi di Pelabuhan Ratu, Jabar). Pada skala ukuran bibit seperti ini, tingkat kematian / mortalitas di pembesaran maksimal 2%, sedang di pembibitan mencapai 30%.
2. Air sebagai media pembesaran sidat ditempatkan dalam fibreglaas bulat, lebar 300 cm tinggi 75 cm per unit dengan sistem MSWPS (Multi Stage Water Purification System) berdasarkan konsep ” menciptakan lingkungan yang sehat untuk ikan” sehingga ikan bebas dari predator pemangsa, virus, bakteri dan cemaran (polutan), temperatur dan pH yang stabil, sekaligus secara otomatis menyaring kotoran ikan dan sisa makanan dan mengalirkan kembali air ke dalam kontainer.
3.Pakan dengan formula khusus akan dipasok perusahaan dan konsentratnya disesuaikan dengan umur dan tingkat pertumbuhan sidat atau jenis ikan lainnya yang dibudi dayakan. (tidak ada dipasar)
Jangka waktu pembesaran ikan sidat antara 10 – 12 bulan dengan populasi bibit 4.000 ekor per kontainer atau rata rata 1.000 kg setiap di panen.
C. Pemasaran.
Seluruh hasil pembesaran para investor akan dibeli dan ditampung oleh Perusahaan untuk diproses sebagai bahan makanan jadi bersertifikat sesuai standar dan keinginan pembeli di luar negeri maupun kebutuhan lokal.
D.Paket Investasi Proyek Pembesaran Sidat
1. Investasi Peralatan dan Perlengkapan. (dalam 000 rupiah)
a. 10 bak type 1.000 fibre glaas (3mx75cm) a Rp.5.000 = Rp. 50.000.
b. 2 unit M. S Waste Water Recycling System a Rp.7.000 = Rp. 14.000.
c. 3 unit Tangki air Plastik size 1.500 L a Rp. 1.000 = Rp. 3.000.
d. 1 unit Tangki air stainless steel size 1.200 L a Rp. 2.500 = Rp. 2.500.
e. 1 unit instalasi air dan listrik a Rp. 5.000 = Rp. 5.000.
f. 160 m2 rangka besi dan atap seng a Rp. 350 = Rp. 56.000.
g. Biaya penyambungan baru PLN 6.600 watt = Rp. 5.000.
---------------------------------
T o t a l = Rp.135.500.
2. Biaya Operasional (10 bulan)
a. Pasta/ Pakan 10.000 kg a Rp. 0.75 = Rp. 75.000.
b. 2 unit Perawatan MSWWRS a Rp. 9.000 = Rp. 18.000.
c. Biaya listrik PLN a Rp. 1.750 = Rp. 17.500.
----------------------------------
T o t a l = Rp.110.500.
----------------------------------
Grand Total = Rp.250.000.
(Dua ratus lima puluh juta rupiah)
E. Hasil Panen ( 10 bulan/ 10 bak)
4 ( empat) ekor per kg atau 40.000 ekor / 10 bak tahun, panen pertama
menghasilkan 10.000 kg sidat a Rp. 25.000 = Rp. 250.000.
Panen pertama hasilnya telah dapat mengembalikan investasi (0) sedang untuk panen kedua dan berikutnya dengan jangka waktu penghapusan instalasi 15 tahun (Rp. 135.000.000 – Rp, 5.000.000 (penyambungan PLN = Rp. 130.000.000) menghasilkan Rp.130.000.000 / panen atau 117.64%.
F. Penutup.
Indonesia memiliki pantai 81.000 km, luas perairan lebih 6.000.000 km2 dan potensi ikan cukup besar namun terkendala dengan masalah pencurian ikan, kurangnya peralatan kapal, tiadanya industri pengolahan, ancaman pencemaran di laut Jawa dan permasalahan lainnya.
Budidaya ikan dalam kontainer, terkendali dan terprogram dan dapat dilakukan di rumah / pekarangan maupun lahan lainnya dengan modal yang relatif kecil. Kami memberikan bimbingan dan pengawasan sepenuhnya sehingga risiko ditekan seminimal mungkin, bahkan kami bersedia memberi ganti rugi bila investasi anda gagal. Harga akan semakin baik dari waktu kewaktu sehingga tingkat keuntungan akan bertambah, disamping meningkatnya mutu intelegensia anak anak dengan membiasakan mengkonsumsi ikan (sidat) yang dihasilkan sendiri. Pembudidayaan ikan dengan sistem ini dapat dilakukan secara bersama di komplek perumahan dengan memiliki 1 (satu) unit produksi (10 kontainer) secara patungan. Investasi ini sangat menenangkan karena perkembangan setiap hari, minggu dan bulan dapat dimonitor sekaligus menghilangkan stress dan ancaman sakit jantung yang semakin meluas diderita masyarakat.
Sumber : http://kagindo.indonetwork.co.id/405797/investasi-budidaya-ikan-sidat-anguilla-sp.htm
Pertambahan penduduk dunia meningkatan kebutuhan akan sumber protein makanan daging dan ikan. Penangkapan ikan yang hampir tidak terkendali dan dampak pencemaran laut oleh limbah rumah tangga, industri atau tumpahan minyak yang semakin meluas, mengurangi dan memutus siklus kehidupan ikan diperairan diseluruh dunia sehingga menjadikan perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan semakin besar dan tajam.
Pada sisi lain manfaat ikan semakin disadari sebagai pemacu pertumbuhan tubuh manusia, peningkatan kemampuan otak manusia, mencegah penyakit kolestrol / penyakit jantung, serta manfaat lain bagi kesehatan manusia, sehingga kebutuhan ikan semakin bertambah tambah. Salah satu jenis ikan yang dianggap sangat bermanfaat bagi manusia (Jepang dan Korea) adalah ikan belut atau sidat atau eel (anguilla bicolor) karena dengan mengkonsumsi ikan secara teratur bangsa Jepang dan Korea disamping memacu pertumbuhan tinggi badan juga menstimulasi intelektual bangsa dan menjadi mereka sebagai negara industri dan modern. Jepang mengimport ikan sidat dari China dan Vietnam hampir 500.000 ton pertahun dan permintaan tetap bertambah, namun sukar dipenuhi karena pencemaran lingkungan di kedua negara ini pun telah semakin parah akibat pertumbuhan industri. Negara negara Eropa juga merupakan pasaraan yang berpotensi tinggi karena mereka juga banyak mengkonsumsi ikan.
Makan ikan sidat atau dikenal dengan Unagi, bukanlah makanan biasa, tetapi termasuk termahal di resetoran Jepang sehingga bila kita dijamu dengan hidangan makanan tersebut, menunjukkan kita sebagai tamu terhormat. Unagi merupakan suguhan makanan bagi pertemuan pembisnis besar dan terkenal atau tokoh tokoh penting. Karenanya yang terlibat dalam bisnis sidat disana adalah perusahaan besar multi nasional seperti Mitsui, Marubeni, Sasakawa dan lainnya dan perusahaan ini baru mau bekerjasama bila kita mampu memasok kontrak diatas 5.000 ton pertahun.
Indonesia hingga saat ini belum mampu berbuat, walau ada 3 wilayah khusus di perairan kita sebagai tempat pengembangan telur ikan sidat yaitu Teluk Toli Toli, Sorong Barat dan Pelabuhan Ratu. Ciri khas ikan sidat adalah bertelur di laut dalam, menetas di muara muara sungai dan membesar di air tawar. Penangkapan yang ada saat ini sangat terbatas dalam jumlah kecil, sehingga harus dikembangkan melalui pengembangan budi daya bilamana hendak dijadikan komoditi ekspor yang potensil.
Karena tingginya permintaan ekspor ikan sidat serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan, khususnya ikan sidat, kami mengundang para pensiunan maupun yang di pensiun dini atau yang di PHK, para artis serta investor lainnya ikut dalam program kami“. Membudidayakan ikan ditengah perkotaan/ pemukiman guna memenuhi kebutuhan komoditi ekspor serta mencerdaskan bangsa dengan keuntungan pasti”.
B. Methode Pengembangan.
Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu: Benih ikan, Air serta Pakan atau Makanan ikan.
1. Benih ikan sidat ukuran 8-15 cm (fingerling) akan dipasok oleh perusahaan pembibitan / hatchery (lokasi di Pelabuhan Ratu, Jabar). Pada skala ukuran bibit seperti ini, tingkat kematian / mortalitas di pembesaran maksimal 2%, sedang di pembibitan mencapai 30%.
2. Air sebagai media pembesaran sidat ditempatkan dalam fibreglaas bulat, lebar 300 cm tinggi 75 cm per unit dengan sistem MSWPS (Multi Stage Water Purification System) berdasarkan konsep ” menciptakan lingkungan yang sehat untuk ikan” sehingga ikan bebas dari predator pemangsa, virus, bakteri dan cemaran (polutan), temperatur dan pH yang stabil, sekaligus secara otomatis menyaring kotoran ikan dan sisa makanan dan mengalirkan kembali air ke dalam kontainer.
3.Pakan dengan formula khusus akan dipasok perusahaan dan konsentratnya disesuaikan dengan umur dan tingkat pertumbuhan sidat atau jenis ikan lainnya yang dibudi dayakan. (tidak ada dipasar)
Jangka waktu pembesaran ikan sidat antara 10 – 12 bulan dengan populasi bibit 4.000 ekor per kontainer atau rata rata 1.000 kg setiap di panen.
C. Pemasaran.
Seluruh hasil pembesaran para investor akan dibeli dan ditampung oleh Perusahaan untuk diproses sebagai bahan makanan jadi bersertifikat sesuai standar dan keinginan pembeli di luar negeri maupun kebutuhan lokal.
D.Paket Investasi Proyek Pembesaran Sidat
1. Investasi Peralatan dan Perlengkapan. (dalam 000 rupiah)
a. 10 bak type 1.000 fibre glaas (3mx75cm) a Rp.5.000 = Rp. 50.000.
b. 2 unit M. S Waste Water Recycling System a Rp.7.000 = Rp. 14.000.
c. 3 unit Tangki air Plastik size 1.500 L a Rp. 1.000 = Rp. 3.000.
d. 1 unit Tangki air stainless steel size 1.200 L a Rp. 2.500 = Rp. 2.500.
e. 1 unit instalasi air dan listrik a Rp. 5.000 = Rp. 5.000.
f. 160 m2 rangka besi dan atap seng a Rp. 350 = Rp. 56.000.
g. Biaya penyambungan baru PLN 6.600 watt = Rp. 5.000.
---------------------------------
T o t a l = Rp.135.500.
2. Biaya Operasional (10 bulan)
a. Pasta/ Pakan 10.000 kg a Rp. 0.75 = Rp. 75.000.
b. 2 unit Perawatan MSWWRS a Rp. 9.000 = Rp. 18.000.
c. Biaya listrik PLN a Rp. 1.750 = Rp. 17.500.
----------------------------------
T o t a l = Rp.110.500.
----------------------------------
Grand Total = Rp.250.000.
(Dua ratus lima puluh juta rupiah)
E. Hasil Panen ( 10 bulan/ 10 bak)
4 ( empat) ekor per kg atau 40.000 ekor / 10 bak tahun, panen pertama
menghasilkan 10.000 kg sidat a Rp. 25.000 = Rp. 250.000.
Panen pertama hasilnya telah dapat mengembalikan investasi (0) sedang untuk panen kedua dan berikutnya dengan jangka waktu penghapusan instalasi 15 tahun (Rp. 135.000.000 – Rp, 5.000.000 (penyambungan PLN = Rp. 130.000.000) menghasilkan Rp.130.000.000 / panen atau 117.64%.
F. Penutup.
Indonesia memiliki pantai 81.000 km, luas perairan lebih 6.000.000 km2 dan potensi ikan cukup besar namun terkendala dengan masalah pencurian ikan, kurangnya peralatan kapal, tiadanya industri pengolahan, ancaman pencemaran di laut Jawa dan permasalahan lainnya.
Budidaya ikan dalam kontainer, terkendali dan terprogram dan dapat dilakukan di rumah / pekarangan maupun lahan lainnya dengan modal yang relatif kecil. Kami memberikan bimbingan dan pengawasan sepenuhnya sehingga risiko ditekan seminimal mungkin, bahkan kami bersedia memberi ganti rugi bila investasi anda gagal. Harga akan semakin baik dari waktu kewaktu sehingga tingkat keuntungan akan bertambah, disamping meningkatnya mutu intelegensia anak anak dengan membiasakan mengkonsumsi ikan (sidat) yang dihasilkan sendiri. Pembudidayaan ikan dengan sistem ini dapat dilakukan secara bersama di komplek perumahan dengan memiliki 1 (satu) unit produksi (10 kontainer) secara patungan. Investasi ini sangat menenangkan karena perkembangan setiap hari, minggu dan bulan dapat dimonitor sekaligus menghilangkan stress dan ancaman sakit jantung yang semakin meluas diderita masyarakat.
Sumber : http://kagindo.indonetwork.co.id/405797/investasi-budidaya-ikan-sidat-anguilla-sp.htm
Komentar :
Posting Komentar