Popular post

Flag Counter

Minggu, 13 Oktober 2013

Riverboarding Merupakan Salah Satu Olahraga Liar Di Air Yang Sangat Menyenangkan

Riverboarding adalah sebuah olahraga air yang bisa dibilang salah satu olah raga ekstrem dan masih baru di Indonesia, apalagi di Yogyakarta. Riverboarding sering disebut juga hydrospeed. Emang seperti apa sih olahraganya? Pasti pada penasaran kan?
riverboarding jogja
Belajar riverboarding ini ibarat  kita belajar naik sepeda, belajar bagaimana mengatur keseimbangan, membelok, mengerem dan sebagainya. Yang pasti harus tetap bisa berada diatas board/papan tanpa terjatuh mengikuti derasnya aliran sugai. Emang lebih mudahnya langsung dicoba daripada diuraikan teorinya.
Pengen cerita dikit nih tentang apa sih sebenarnya riverboarding itu? Ada teman yang menggambarkannya sebagai bersepeda downhill tanpa rem. Well, tidak sepenuhnya begitu. Berselancar di atas derasnya arus sungai dengan sebilah papan ada seninya, makin dikuasai makin dapat kita kendalikan, mau kita lambatkan atau percepat, meliuk seperti pemain skateboard pun bisa juga.
Sejarah
Riverboarding lahir pada tahun 1970an. Awalnya muncul dari kebosanan sekelompok pemandu rafting di Perancis. Mereka menginginkan “berenang di sungai” dengan cara yang lebih menarik, lebih menantang. Maka orang-orang yang sudah sangat akrab dengan karakter sungai itu mengikat beberapa jaket pelampung menjadi satu, lalu terjun. Ya, sesederhana itulah cikal bakal lahirnya riverboard. Harus diakui, orang Perancis memang paling kreatif menciptakan tantangan yang tak terbayangkan sebelumnya.


Salah satu faktor tantangan dalam kegiatan yang juga dikenal dengan sebutan hydrospeed ini adalah kecepatan. Pada bagian arus yang sangat deras, kecepatan peselancar bisa melebihi 30 km per jam. Sama sekali tidak cepat jika dibandingkan kebut-kebutan dengan sepeda motor. Namun, tantangan lainnya adalah hubungan langsung antara pelaku dengan sungai. “It’s just between you and the river”, begitu semboyan para pecintanya. Papan selancar “modern” yang umumnya terbuat dari karet busa itu berketebalan 8-12 cm. Di air sungai yang bergolak, terkadang papan setebal itu tidak berarti apa-apa. Dengan perahu karet atau kayak, kita seringkali ditelan jeram. Dengan riverboard, hampir sepanjang waktu kita berada sejajar dengan permukaan air. Sisanya, sebentar terbenam sebentar terlempar ke udara. Itu sebabnya ada situs internet tentang selancar sungai memasang judul Face Level (www.facelevel.com)
Tak lama berselang, orang-orang Perancis pencetus riverboarding ini mengganti pelampung yang awalnya sekadar diikat dengan karet busa. Bentuknya pun terus dikembangkan, hingga mencapai bentuk dasar papan selancar sungai yang dikenal sekarang.
Kini, riverboarding sudah menyebar luas di Eropa, Amerika dan Australia serta Selandia Baru. Namun kata Robert Carlson, salah satu tokoh riverboarding modern, sebenarnya kegiatan hydrospeed sudah ada sejak zaman prasejarah! Bagaimana bisa? Menurut Carlson, siapa pun yang melompat masuk ke sungai dengan alat pengapung apa pun, lalu “berselancar” mengikuti arus, dapat dikategorikan sebagai peselancar sungai. Misalnya, ada kelompok-kelompok manusia purba yang memanfaatkan pohon tumbang atau balok kayu sebagai alat transportasi
Di Indonesia sendiri kegiatan ini belum begitu populer dan belum banyak diminati. Namun Rocky Mountain (AS), Colorado (AS), Alpen di Perancis, New Zealand dan Australia, olahraga sejenis telah lebih dulu dikenal dan diminati oleh banyak orang.
Alat yang digunakan
Papan (Board)
Yups! …tentu yang utama adalah papan atau board. Pada dasarnya papan yang digunakan tidak memiliki suatu ketentuan atau prototipe tertentu yang bersifat baku dan terstandarisasi. Selain satu hal yang dijadikan prinsip adalah bagaimana alat itu sedemikian rupa agar dapat dipergunakan untuk mengakomodasi berat badan secara perorangan sehingga mengapung diatas air dan mudah untuk dikendalikan, sisanya disesuaikan dengan citra, selera dan kenyamanan
Pelampung Badan (Life Jacket)
Pelampung yang digunakan standar, selain dapat menahan bobot badan di air sehingga badan bisa terapung, hal ini berfungsi untuk mengantisipasi apabila terjadi situasi krisis, misalnya yang tidak begitu pandai berenang pada saat pengarungan terlepas dengan bodyboarnya, terjadi kram, atau pingsan sekalipun tetap merasa “terjamin” dan mudah untuk diberikan pertolongan.
Helm
Berfungsi sebagaimana pelampung, helm adalah alat antisipasi untuk melindungi kepala dari benturan benda keras, terutama batuan pada saat memasuki jeram. Prinsip helm yang dapat digunakan ia bersifat handal, nyaman, aman, ringan dan terapung.
Pengaman sikut/lutut (decker)
Pengaman sikut dan dengkul (decker) sangat direkomendasikan untuk dikenakan, mengingat bagian ini rawan terkena kontak atau benturan baik dengan batu atau objek lain pada saat pengarungan. Terutama decker untuk dengkul atau lutut adalah merupakan bagian badan yang tidak terlindungi oleh bodyboard. Sedangkan sikut mengingat pada saat pengarungan tangan seringkali digunakan untuk membantu mengendalikan board dengan cara mengayuh (paddling), dengan sendirinya ia rawan terjadi kontak dengan bebatuan disepanjang track.
Sepatu Katak (fin)
Sepatu katak (fin) digunakan secara tentatif. Artinya bagi yang merasa perlu dipersilahkan menggunakannya, dan bagi mereka yang tidak menganggapnya perlu juga tidak dipersalahkan. Pada prinsipnya sepatu katak (fin) digunakan untuk membantu akselerasi dan manuver pada saat kita harus mengejar track yang diinginkan.
Pakaian
Direkomendasikan menggunakan pakaian selam (wet short) atau jenis pakaian lain yang tidak menghambat pergerakana badan, ataupun terlalu banyak tali sehingga memungkinkan terbelit atau tersangkut bebatuan atau obyek lain. Tapi tidak ada peraturan jenis pakaian seperti apa yang “harus” digunakan, yang penting nyaman dan tidak mengganggu pergerakan aktivitas saat mengarungi jeram.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Riverboarding Merupakan Salah Satu Olahraga Liar Di Air Yang Sangat Menyenangkan”

Posting Komentar

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by free Blogger template